Dalam lautan biru bernama pergerakan mahasiswa islam Indonesia (PMII), ada yang tulus berlayar dengan kompas ideologi, tapi ada pula oknum-oknum yang hanya mendayung demi kepentingan pribadi. Mereka menjadikan organisasi suci ini sekadar panggung ambisi, bukan ladang pengabdian.
Oknum itu bukan pejuang, tapi pedagang; menjual idealisme demi jabatan, menukar prinsip dengan kepentingan, dan melupakan rakyat yang seharusnya dibela. Mereka menutup telinga atas jeritan keadilan, namun membuka tangan lebar-lebar saat kuasa menghampiri.
PMII seharusnya jadi kawah candradimuka kaderisasi, bukan arena perebutan kekuasaan murahan. Jangan sampai biru yang kita banggakan ternodai oleh tangan-tangan kotor yang mengatasnamakan organisasi, padahal mereka hanyalah penumpang gelap perjuangan.
Oknum-oknum itu sering bersembunyi di balik baju kebesaran PMII. Mereka lantang bicara soal ideologi, tapi diam ketika nurani dipertanyakan. Mereka mengaku penerus sejarah perjuangan, padahal tindakannya hanya mempermalukan nama besar organisasi.
Mereka hadir di setiap forum bukan untuk memperjuangkan gagasan, tapi untuk melobi kepentingan. Mereka berdiri di mimbar bukan untuk menggerakkan kader, tapi untuk mengendalikan arah demi dirinya sendiri. Bahkan, tak jarang mereka tega mematikan suara-suara kritis yang lahir dari rahim kebebasan berpikir, hanya karena takut tahtanya diguncang.
Oknum-oknum ini ibarat parasit. Mereka menempel, menghisap, lalu menggerogoti tubuh organisasi hingga rapuh. Mereka menukar semangat perjuangan dengan basa-basi politik, menukar darah juang dengan kursi jabatan, dan menukar kebersamaan dengan intrik penuh dusta.
Namun sejarah selalu mengajarkan, bahwa setiap pengkhianat perjuangan akan tumbang oleh gelombang kader yang masih menjaga marwah PMII. Sebab biru ini terlalu besar untuk dihancurkan oleh segelintir oknum.
PMII bukan milik oknum, PMII adalah milik kader yang tulus berjuang. PMII bukan panggung ambisi, tapi jalan panjang pengabdian. Dan jika ada yang berani menodainya, maka kewajiban kita adalah melawan, agar cahaya perjuangan tetap menyala, agar idealisme tetap hidup, dan agar nama PMII selalu harum, bukan busuk karena ulah segelintir pengkhianat. dan harus ingat kata Mahbub Djunaidi “teguh pada prinsip, setia pada proses”, begitupun di organisasi PMII.
Penulis: Muhamad Sa’dan
Editor: Admin