pcpmiimojokerto.com

Ketika Pelindung Berubah Menjadi Pembunuh: Wajah Telanjang Polri di Bulan Kemerdekaan

Penulis: Muhamad Sa’dan

 

Bulan Agustus ialah bulan kemerdekaan Republik Indonesia, namun kemerdekaan yang seharusnya ceria kini menjadi duka. Di tengah riuh kota, deru mesin ojol selalu jadi nyanyian harapan. Ia bukan sekadar pengendara, tapi tulang punggung keluarga, yang menukar keringat dengan rupiah demi sesuap nasi di meja makan.

Namun di jalan itu hidupnya direnggut bukan oleh nasib, melainkan oleh tangan kekuasaan yang lupa batasnya. Ban motor yang semestinya pulang membawa rezeki, justru berhenti bersama detak jantung pemiliknya. Mereka yang disumpah menjaga, malah menjadi bayang hitam yang menabrak, menindas, dan menghabisi. Seragam yang katanya simbol wibawa, hari ini berubah menjadi kain duka yang mencoreng keadilan.

Mereka menyebut dirinya pelindung, tapi apa arti pelindung bila rakyat justru jatuh mati di bawah rodanya? Seragam yang dulu digadang sebagai simbol pengayom kini hanyalah kain pembungkus arogansi. Polri berdiri gagah di atas penderitaan, menatap rakyat bukan sebagai manusia, melainkan musuh yang harus dibungkam.

Nyawa rakyat murah di mata mereka. Seorang pengemudi ojek online, yang setiap hari mengais rezeki untuk keluarganya, dilindas tanpa ampun oleh kendaraan negara. Bukankah kendaraan itu dibeli dari uang rakyat? Bukankah bensinnya pun mengalir dari pajak yang sama? Lalu mengapa darah rakyat justru dijadikan pelumas bagi mesin kekuasaan?

Polri sering berkata “mengayomi dan melayani”, tetapi kenyataannya mereka menakuti dan melukai. Mereka menegakkan hukum di bibir, tapi di jalanan hukum itu mati diinjak ban rantis. Mereka bicara tentang keamanan, tapi keamanan siapa? Bukan keamanan rakyat, melainkan keamanan kursi kekuasaan yang mereka kawal.

Pelindung berubah jadi pembunuh itulah wajah telanjang institusi hari ini. Jika aparat yang seharusnya jadi tameng malah menyalakan api pembantaian, maka siapa lagi yang akan menjaga rakyat? Rakyat hanya punya satu pelindung sejati: dirinya sendiri, dengan suara, dengan perlawanan, dengan keberanian untuk berkata bahwa Polri telah mengkhianati janjinya kepada bangsa ini.

Tulisan ini berdasarkan pandangan pribadinya.

admin

Recent News